Setelah bangsa Belanda masuk ke Indonesia, maka berhasillah mereka mengusir orang-orang Portugis dari Indonesia. Mula-mula mereka bermaksud untuk berdagang, sehingga lama kelamaan berusaha mendirikan persekutuan dagang yang disebut VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Agama Katholik yang disebarkan oleh orang Portugis diganti dengan agama Protestan. Untuk ini maka didirikanlah sekolah-sekolah seperti : di Ambon, ternate dan lain-lain.
Usaha-usaha permulaan.
Tahun 1607 VOC mendirikan sekolah yang pertama di Ambon. Pelajaran yang diberikan ialah : membaca, menulis dan sembahyang. Gurunya : orang-orang Belanda dan kemudian anak kepala-kepala adat di Ambon yang telah dididik menjadi guru. Bahasa pengantar mula-mula bahasa Belanda dan kemudian bahasa Melayu. Murid-muridnya : Tiap-tiap kelas berisi 30 a 40 orang, dan tiap-tiap murid diberi beras 1 pon setiap hari, agar mereka rajin ke sekolah. Lama pelajaran : tidak ditentukan. Pengawasan : dilakukan oleh pendeta-pendeta. Guru-gurunya kebanyakan merupakan pejabat-pejabat gereja.
Tahun 1627 di Ambon sudah ada 16 sekolah dan 18 sekolah disekitarnya, dengan jumlah murid ± 1300 orang. Sekolah-sekolah di luar Ambon tersebut antara lain di Timor, P. Sewu, P. Kei, P. Aru dan sebagainya. Tentang keadaan di P. Jawa, hubungan Kompeni dengan rakyat tidak begitu erat seperti di Maluku, sebab P. Jawa sedikit sekali menghasilkan rempah-rempah dan untuk ini cukup berhubungan dengan raja-raja saja.
Sekolah pertama di Jakarta.
Tahun 1617 didirikan sekolah pertama di Jakarta. Lama sekolah 5 tahun, dan mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Tujuan sekolah : untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang cakap, yang kelak dapat dipekerjakan pada pemerintah, administrasi dan gereja. Bahasa pengantar : Bahasa Belanda. Sesudah tahun 1786 barulah dipergunakan bahasa Melayu. Murid-muridnya diutamakan dari anak-anak pegawai.
Keadaan jumlah murid sekolah VOC.
Batavia = 639 orang; Pantai utara Pulau Jawa = 327 orang; Makasar = 50 orang; Timor = 593 orang. Sumatera Barat = 37 orang; Cirebon = 6 orang; Banten = 5 orang; Maluku = 1057 orang; dan Ambon = 3966 orang.
PENYELENGGARAAN SEKOLAH-SEKOLAH BUMI PUTERA SESUDAH 1850.
Untuk melaksanakan putusan tahun 1848, pemerintah kolonial menghadapi 2 macam kesulitan :
1. Bahasa pengantar, akhirnya diputuskan bahwa bahasa pengantar di sekolah-sekolah ialah bahasa daerah, sedang bahasa Melayu diberikan sebagai mata pelajaran.
2. Kekurangan tenaga guru, untuk mengatasi hal ini pada bulan April 1852 dibuka Kweekschool (sekolah guru pertama di Surakarta).
Sekolah-sekolah Belanda
Anak-anak Indonesia dan Tionghoa yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh gubernur jenderal dapat diterima di sekolah ini.
Tahun 1879, timbullah usaha-usaha baru. Di karesidenan Surakarta dan Yogyakarta dibuka sekolah-sekolah bumiputera. Di Padang dan Bukittinggi dibuka sekolah Gadis, kemudian ditutup tahun 1885. Kemudian timbul pula 2 jenis sekolah baru, yaitu :
1. Speciale School (sekolah istimewa). Sekolah ini merupakan bentuk peralihan antara sekolah Belanda dan sekolah Bumiputera. Kepala sekolahnya orang Belanda, sedang guru-gurunya bangsa Indonesia. Bahasa pengantarnya bahasa Belanda. Sekolah-sekolah ini didirikan di Ambon (1869), Depok (1873), Magelang (1879).
2. Hoofden School (Sekolah Menak). Sekolah ini untuk anak-anak dari lapisan atas saja, dan merupakan tempat pendidikan calon-calon pegawai. Adapun pelajarannya sama dengan di sekolah rendah, hanya ditambah : ilmu ukur tanah. Bahasa pengantar : bahasa Belanda dan bahasa Melayu. Sekolah ini didirikan di Tondano, Bandung, Magelang dan Probolinggo.
Sekolah-sekolah Bumiputera kelas II
Di samping sekolah-sekolah Desa dan sekolah-sekolah Vervolg, maka sekolah-sekolah Bumiputera kelas II tetap berdiri terus. Pada tahun 1902 lama belajar dijadikan 5 tahun. Tujuannya : mendidik calon pegawai pada perusahaan, atau sebagai pegawai negeri rendahan. Tahun 1929 semua sekolah-sekolah kelas II diubah menjadi sekolah-sekolah desa dengan sekolah-sekolah vervolgnya.
Maka jelas tampak pada kita adanya 3 susunan pengajaran rendah bagi anak-anak Indonesia :
1. Sekolah Desa, bagi anak-anak rakyat jelata.
2. Sekolah kelas II, yang kemudian diubah menjadi sekolah Vervolg.
3. Sekolah kelas I, yang sejak tahun 1914 dijadikan HIS, bagi priyayi dan anak-anak terkemuka.
Mulo
Lanjutan dari HIS adalah MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs), yang sejak zaman Jepang hingga sekarang bernama SMP. Lama belajar 3 tahun. Tujuannya : menjadi onderbouw (tingkatan bawah) dari sekolah-sekolah kejuruan menengah/ pengajaran menengah. Sebenarnya sejak tahun 1903 telah didirikan kursus Mulo yang memberi pelajaran lanjutan khusus anak-anak Belanda. Lama belajarnya 2 tahun, namun kemudian diubah menjadi 3 tahun.
A.M.S
Untuk memberi kemungkinan pada pemuda-pemuda Indonesia untuk melanjutkan pelajaran yang lebih tinggi, maka didirikanlah sekolah tingkatan menengah yang diberi nama AMS (Algemene Middelbare School). Pada zaman Jepang sekolah ini dinamakan Sekolah Menengah Tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut Sekolah Menengah Atas (SMA).
AMS ini dibagi menjadi 2 bagian :
Bagian A : Ilmu Pengetahuan Kebudayaan, terdiri dari :
A I : Bagian Kesusasteraan Timur.
A II : Bagian Klasik Barat.
Bagian B : Ilmu Pengetahuan Kealaman
AMS pertama didirikan pada tahun 1919 di Yogya (bagian B). Pada tahun 1920 didirikan bagian A di Bandung, dan pada tahun 1926 bagian AI di Surakarta. Untuk AMS bagian B sederajat dengan HBS 5 tahun (Hogere Burger School). Yaitu pengajaran khusus anak-anak Belanda.
PENDIDIKAN GURU
Karena adanya beberapa jenis sekolah rendah, maka pendidikan gurunyapun bermacam-macam pula.
1. Untuk Sekolah Desa
Untuk memenuhi kebutuhan akan guru-guru sekolah Desa, maka diadakanlah:
1. Sistem magang : Diadakan di sekolah kelas II (Vervolg) dipimpin oleh Kepala Sekolah (Mantri Guru). Pemagang adalah tamatan sekolah kelas II, kemudian menempuh ujian PO (Premic Opleiding). Yang diujikan terutama praktek mengajar. Setelah lulus diangkat sebagai guru bantu sekolah desa, dengan surat keputusan Bupati. Sistem ini berakhir tahun 1921.
2. CVO (Cursus Volka Onderwijzer) : Lama belajar 2 tahun, dengan bahasa pengantar bahasa daerah. Murid-muridnya terdiri dari tamatan Vervolg atau sekolah kelas II.
2. Untuk Sekolah Vervolg (Sekolah kelas II)
1. Sistem magang : Diselenggarakan di sekolah Vervolg (kelas II). Pemagang adalah tamatan sekolah vervolg. Pimpinan dipegang oleh Mantri guru. Kemudian pemagang menempuh ujian untuk mencapai ijazah GB (Guru Bantu Biasa), yang menguji adalah inspektur. Pemegang ijazah GB diangkat menjadi pegawai negeri dan mempunyai wewenang mengajar sampai kelas IV.
2. Normal cursus 2 tahun : Pengikut-pengikut kursus ini adalah para magang yang memiliki ijazah CVO. Kursus diberikan petang hari, pada beberapa kota besar. Setelah memiliki ijazah Noormal cursus ini mereka kemudian diangkat menjadi pegawai negeri. Bahasa pengantarnya adalah bahasa daerah.
3. Normal school : (NS)
Didirikan tahun 1914. Yang diterima menjadi murid ialah lulusan sekolah vervolg atau sekolah kelas II. Lama belajar 4 tahun. Bahasa pengantar : bahasa daerah. Lulusan NS mempunyai wewenang mengajar sampai kelas tertinggi.
4. Kweekschool (KS)
Lulusan HIS dan yang sederajat dapat diterima menjadi murid di sekolah ini. Lama belajar 6 tahun, kemudian 5 tahun, dan akhirnya 4 tahun. Bahasa pengantarnya : bahasa Belanda . Tamatan KS mempunyai wewenang mengajar sampai kelas tertinggi.
3. Untuk HIS
a. NS (Normalschool).
b. KS (Kweekschool).
c. HKS (Hogere Kweekschool).
Sekolah ini didirikan tahun 1914 dan ditutup tahun 1932. Menerima lulusan KS dan MULO. Lama belajar 3 tahun. Bahasa Pengantar : bahasa Belanda.
d. HIK (Holland Inlandse Kweekschool)
Didirikan tahun 1927. Menerima murid dari HIS untuk bagian rendah dan dari Mulo untuk bagian tinggi/ atas. Lama belajar 6 tahun sesudah HIS, yang terdiri 3 tahun di bagian rendah dan 3 tahun di bagian atas. Bahasa pengantar : bahasa Belanda.
e. Kasus Hoofdacte.
Yang dapat mengikuti kursus ini ialah tamatan HKS dan HIK. Lama belajar 2 tahun. Pemilik ijazah ini menjadi kepala HIS.
PENGAJARAN TINGGI
Karena terdesak oleh kebutuhan akan tenaga insinyur, maka akhirnya didirikan :
1. Sekolah Tehnik Tinggi.
Didirikan di Bandung tahun 1920 oleh sebuah yayasan yang diberi nama ”Tecnische Hoge School” (THS). Lama belajar 5 tahun, dan merupakan sekolah tinggi yang pertama di Indonesia.
2. Sekolah Hakim Tinggi
Bangsa Belanda menamakan : Rechtskundige Hoge School (RHS). Dibuka di Jakarta tahun 1924. Lama belajar 5 tahun. Yang diterima tamatan AMS. Tamatan dari sekolah ini dijadikan jaksa atau hakim pada pengadilan. Tetapi mereka belum bergelar Mr (SH).
3. Sekolah Tabib Tinggi (Geneeskundige Hoge School = GHS).
Didirikan d Jakarta tahun 1927. Lama belajar 7 tahun. Yang diterima adalah lulusan AMS atau HBS 5 tahun. Sekolah ini jelmaan dari Stovia (sekolah dokter Jawa).
USAHA-USAHA DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN KEBANGKITAN NASIONAL
Para pemimpin pergerakan Nasional insyaf perlunya pendidikan nasional, dan pendidikan yang bersifat nasional ini harus segera dimasukkan ke dalam perjuangannya. Maka lahirlah sekolah-sekolah swasta atau usaha-usaha perintis kemerdekaan.
Sekolah ini ada dua macam :
1. Sekolah-sekolah yang sesuai dengan haluan politik, yaitu :
a. Taman siswa, yang mula-mula didirikan di Yogyakarta.
b. Sekolah Serikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis.
c. Ksatrian Institut, di Bandung.
d. Perguruan rakyat di Jakarta dan Bandung.
2. Sesuai dengan tuntutan agama, yaitu :
a. Sekolah-sekolah Serikat Islam.
b. Sekolah-sekolah Muhammadiyah.
c. Sekolah Sumatera Tawalib, di Padangpanjang.
d. Sekolah-sekolah Nahdatul Ulama’.
e. Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI) dan lain-lain.
Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Asas persyarikatan tersebut ialah :
- Asas gerak amalnya : Islam.
- Asas tujuannya : mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Asas perjuangannya : Dakwah Islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebajikan dan mencegah kejahatan) dalam bidang kemasyarakatan.
- Asas usahanya : mencakup semua bidang kegiatan dan kehidupan masyarakat.
Tujuan Muhammadiyah :
Memperluas dan mempertinggi pendidikan agama Islam modern, serta memperteguh keyakinan tentang agama Islam, sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Usaha-usahanya :
1. Mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, dibawah pimpinan bagian pengajaran. Sekolah-sekolah tersebut disamping memberikan pelajaran agama Islam, juga pelajaran-pelajaran sebagaimana di sekolah-sekolah umum/ negeri.
2. Memperluas pengajian-pengajian, dibawah pimpinan bagian tabligh, menyebarkan bacaan-bacaan agama, mendirikan masjid, madrasah, pesantren dan sebagainya.
3. Mendirikan rumah-rumah yatim piatu, rumah sakit dan poliklinik-poliklinik untuk memelihara kesehatan rakyat, di bawah asuhan PKU (Pertolongan Kesengsaraan Umum).
4. Selain tersebut diatas ada pula bagian-bagian lain seperti bagian wanitanya dinamakan Aisyiyah, bagian pemudanya dinamakan pemuda Muhammadiyah. Semboyan Muhammadiyah : Sedikit bicara, banyak bekerja. Berlomba-lombalah dalam kebaikan.
Prinsip Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah berasaskan Islam, berpedoman Qur’an dan Hadits. Tujuannya : membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Sebagai seorang muslim harus mempunyai ciri-ciri:
- berjiwa tauhid yang murni.
- beribadah kepada Allah.
- berbakti kepada orang tua dan baik kepada kerabatnya.
- memiliki akhlak yang mulia dan halus perasaannya.
- berilmu pengetahuan dan mempunyai kecakapan.
- cakap memimpin keluarga dan masyarakat.
Dasar-dasar pendidikan Muhammadiyah
1. Kemasyarakatan : Artinya memikirkan aspek masyarakat di samping aspek individu. Maksudnya agar anak-anak kelak tidak menjadi orang yang setengah-setengah/ canggung dalam masyarakat. Untuk ini maka harus dididik supaya dapat berdiri sendiri (selfstanding) dan tidak menjadi parasit.
2. Tajdid (progressivitas) = pembaruan. Artinya kita usahakan nilai-nilai dan cara-cara baru, agar perguruan itu tetap up to date.
3. Aktivitas : anak-anak dididik menjadi orang yang aktif dengan latihan-lathan kerja, juga dalam kerja kelompok dan sebagainya. Kita ubah sistem guru sentris menjadi paedocentris (berpusat pada anak).
4. Kreativitas : Yaitu menimbulkan daya cipta dengan memberikan beberapa mata pelajaran, misalnya teknologi.
5. Optimisme : Artinya bila syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi, kita bersangka baik terhadap hasil pendidikan kita.
Penyelenggaraan sekolah-sekolah Muhammadiyah :
- Pada zaman Belanda sudah mempunyai bagian, misalnya sekolah Bustanul Atfal (TK), sekolah kelas II, HIS, Mulo, Kweekschool dan AMS.
- Sekolah-sekolah agama misalnya : Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SLTP), Mualimin/ Mu’alimat (SPG) dan sebagainya.
- Pada zaman Jepang sekolah-sekolahnya berjalan terus tapi terjadi kegoncangan-kegoncangan di sana-sini.
- Pada zaman kemerdekaan lebih berkembang lagi, sehingga mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : Madrasah Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Diniyah, Mu’alimin/ Mu’alimat, TK, SD, SMEP, SMEA, SMA, SMOA, SKKP, SKKA, IKIP dan masih ada lagi.
Tidak sedikit jumlah sekolah-sekolah Muhammadiyah yang mendapat subsidi dari pemerintah, dan juga mendapat bantuan/ sumbangan.
TAMAN SISWA
Riwayat hidup Ki Hajar Dewantara :
Kihajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 1889 sebagai putera KPH. Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III.
Nama aslinya : RM. Suwadi Suryaningrat, dan pada usia 40 tahun ia berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Dialah pencipta perguruan Nasional. Taman siswa yang didirikan pada tanggal 3 juli 1922.
Dasar Taman Siswa :
Dasar pendidikan dan pengajaran Taman Siswa ialah Panca Darma Taman Siswa, disusun tahun 1947. Dasar-dasar itu ialah :
1. Asas Kemerdekaan :
Harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri, atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
2. Asas Kodrat Alam :
Berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia, jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan itu. Karena itu hendaklah tiap anak dapat berkembang dengan sewajarnya.
3. Asas Kebudayaan :
Ini tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan, tetapi pertama-tama membawa kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir batin.
4. Asas Kebangsaan :
Tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malahan harus menjadi bentuk dan perbuatan kemanusiaan yang nyata. Dan oleh karena itu tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju ke arah kebahagiaan lahir batin seluruh bangsa.
5. Asas Kemanusiaan :
Menyatakan bahwa darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada kesucian hatinya dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya.
Adat Ke- Taman Siswa-an :
1. Sebutan Ki, Nyi, dan Ni.
Maksudnya : menghilangkan perbedaan tingkat pada anggota keluarga Taman Siswa, dan karenanya melaksanakan prinsip demokrasi dalam hidup pergaulan sehari-hari.
Ki bagi sekalian anggota kaum pria.
Nyi bagi angggota kaum wanita yang sudah bersuami.
Ni bagi anggota wanita yang belum bersuami.
2. Tentang melenyapkan imbangan “majikan-buruh”.
Guru-guru tidak menerima gaji, tetapi dapat nafkah, yakni biaya hidup yang diperhitungkan menurut kebutuhan-kebutuhan hidup yang nyata.
3. Tentang urusan kekeluargaan : hampir seluruh aturan untuk memelihara kekeluargaan Taman Siswa tidak bersandarkan peraturan-peraturan tertulis, namun pada mulanya semata-mata timbul sebagai adat kebiasaan, sedangkan dasar-dasarnya ialah : Demokrasi serta keadilan sosial dalam lingkungan cita-cita perikemanusiaan dan kodrat alam.
4. Sebutan ibu dan bapak : Murid-murid menyebut ibu atau bapak kepada guru-gurunya/ pamongnya.
5. Pengertian demokrasi : yang dimaksud bukan demokrasi secara barat yang dioper secara mentah-mentah, melinkan harus ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan.
Bagian-bagian sekolah Taman Siswa :
1. Taman Indriya (Taman kanak-kanak) : umur 5-6 tahun.
2. Taman Anak (kelas I-III) : umur 6-10 tahun.
3. Taman Muda (kelas IV-VI SR) : umur 10-13 tahun.
4. Taman Dewasa (SMP).
5. Taman Madya (SMA).
6. Taman guru BI : calon guru SD.
Taman guru BII (1 tahun sesudah TamanGuru BI)
Taman guru BIII ( 1 tahun sesudah Taman Guru BII)
Taman guru Indriaya (SLTP + 2 tahun) ................
7. Taman Masyarakat, Taman Tani, Taman Rini (untuk wanita).
8. Taman Karti (untuk pertukangan), yang diadakan di beberapa tempat saja.
Bentuk organisasi pendidikan Taman Siswa
Sesuai dengan sifat pendidikannya (kultural-nasional), maka TS sebagai organisasi pendidikan berbentuk :
1. Perguruan : Tempat berguru, tempat murid-murid mendapat pendidikan, dan juga tempat kediaman guru. Jadi gedung perguruan disamping tempat mengajar, juga tempat anak-anak berkumpul dengan gurunya sehabis berguru. Juga tempat pertemuan perayaan dan sebagainya. Ruang-ruang dibuat praktis, dinding-dinding antar kelas mudah dibuka sehingga merupakan ruangan yang luas.
2. Pondok-asrama : selain guru-guru juga murid-murid yang berasal dari lain tempat, berdiam di perguruan yang sudah bersifat asrama. Pondok asrama ini menjadi salah satu alat pendidikan di TS. Pondok untuk anak laki-laki disebut Wisma Pria, sedang untuk anak-anak perempuan Wisma Rini. Pondok itu selalu berada di bawah pengawasan para guru dan sifat kekeluargaan tetap terpelihara.
Isi Kurikulum Taman Siswa :
- Isi kurikulum/ rencana pelajaran TS bersifat kultural nasional. Tiap-tiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian dari peradaban bangsa , dan dimana perlu harus memperbaiki syarat-syarat keadaban untuk disesuaikan dengan zaman. Pemuda-pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan konvensi yang dapat menghambat pesatnya kemajuan bangsa.
- Segala pelajaran harus dapat membangkitkan perasaan cinta kepada tanah air dan bangsa. Untuk ini dipentingkan sekali : nyanyian-nyanyian Nasional, ceritera-ceritera pahlawan bangsa, darmawisata, dan sebagainya.
- Di samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan kesusilaan serta pendidikan kebudayaan yang bersifat kebangsaan.
- Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan, dan bahasa daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerahnya masing-masing. Adapun bahasa asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah perhubungan dengan luar negeri.
Semboyan-semboyan Taman Siswa :
Semboyan-semboyan diberikan dalam bentuk sastra, lukisan atau kesenian lainnya, sehingga akan mudah mengingatnya. Hal ini penting untuk perkembangan pribadi anak-anak, bukan hanya fikirannya, tapi juga perasaannya. Semboyan-semboyan itu diantaranya :
1. Lawan sastra ngesti mulya : (Dengan kecerdasan jiwa menuju ke arah kesejahteraan). Inilah semboyan TS yang pertama dan yang menjelaskan maksud berdirinya TS tahun 1922 (1852 Jw).
2. Suci tata ngesti tunggal : (Dengan kesucian dan ketertiban menuju kesatuan). Menjelaskan terjadinya TS pada tahun 1923 (1854).
3. Tut wuri handayani : (mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh). Maksudnya : Biarkan anak mencari jalan sendiri, jangan ditarik-tarik dari depan. Bila anak salah jalan barulah pamong boleh mencampurinya. Kemajuan sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati. Tak perlu menggunakan perintah, paksaan dan hukuman. Dasar kodrat alam dan dasar kemerdekaan kemudian mewujudkan ”sitem among”. Tugas guru sebagai pamong ialah : Tetap mempengaruhi anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk berjalan sendiri. Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalan anak-anak, apabila mereka sendiri tidak bisa menghindari bahaya-bahaya yang mengancam keselamatannya.
4. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani : (Di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan anak, di belakang memberi pengaruh).
5. Tertib dan damai : TS mendasarkan pendidikannya kepada tata tertib dan damai : Lahirnya tiada terperintah, batinnya dapat memerintah sendiri, dan juga berdiri atas kekuatan sendiri.
6. Kita berhamba kepada sang anak : pendidik dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga, mendekati si terdidik untuk mengorbankan diri kepadanya. Jadi guru untuk murid dan bukan sebaliknya.
7. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung : segala yang menghalangi akan hancur. Semboyan ini akan dipakai untuk memperteguh kemauan.
8. Tetep, antep, mantep : Ketetapan pikiran dan batin menentukan kualitas seseorang. Jika tetap dan antep telah ada, maka mantep akan datang juga.
9. Ngandel, kandel, kendel, dan bandel : Percaya akan memberikan pendirian yang tegak. Maka kemudiannya kendel (berani) dan bandel (tidak lekas ketakutan) akan menyusul sendiri.
10. Neng, ning, nung, nang : Kesucian fikiran dan kebatinan yang didapat dengan ketenangan hati, itulah yang mendatangkan kekuasaan. Dan kalau sudah ada ketiga-tiganya itu maka kemenangan akan menjadi bagian kita.
11. Bibit, bebed, bobot : Menganjurkan pemilihan yang seksama di dalam menentukan calon anak menantu. Pilihan bibit yang sehat, jenis yang baik dan berisi.
Yayasan Dewantara (Dewantara Foundation).
Didirikan tahun 1960 dan diketuai oleh Sarino Mangunpranoto. Yayasan ini bergerak dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Usaha yang pertama dijalankan adalah Pendidikan Karya (Sekolah Karya) dan kemudian Akademi Farming (Pertanian).
Sekolah karya :
Tujuannya : mendidik warga negara agar dapat berdiri sendiri, serta memberi kecakapan-kecakapan dan rasa tanggung jawab untuk menjadi pilot bagi kelilingnya dan ikut membangun daerahnya menuju Indonesia yang adil dan makmur.
Dasar-dasar Sekolah Karya :
- dipentingkan pendidikan spiritual, untuk mewujudkan kepribadian yang berwatak.
- menyajikan bahan pengajaran yang rasional dan fungsional.
- mementingkan oto-aktivitas dengan menjalankan karya tangan
Bahan pelajaran meliputi :
- kecakapan praktis dan pengalaman.
- kerja nyata untuk menyaksikan sendiri.
- Menempatkan pendidikan sebagai suatu bagian dari masyarakat.
Di Yogyakarta sebagai ajang kiprah Ki Hajar Dewantoro semasa pergerakan lalu, juga tak ditemukan nama jalan Ki Hajar Dewantara atau taman umum Ki Hajar Dewantara. Yang ada hanya jalan Taman Siswa di bilangan Kecamatan Mergangsan.
Macamnya Sekolah Karya :
- Sekolah karya pertanian
- Sekolah karya industri
- Sekolah karya laut
Akademi Farming :
Telah didirikan di Semarang. Yang menerima lulusan SMA/ B dan yang sederajat. Lulusan akademi tersebut kecuali dapat berdiri sendiri, diharapkan bersedia mendirikan sekolah karya pertanian tingkat menengah atau menjadi pengasuhny. Mereka dapat pula menjadi guru SLP dan SLA bagian skill.
PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS).
Tujuan : Persis didirikan di Bandung pada tahun 1923 Mula-mula diketuai A. Hasan, sedangkan penasihatnya ialah M. Natsir, yang juga bekerja sebagai guru.
Persis bertujuan mempersiapkan calon-calon ulama yang tidak kaku menghadapi masyarakat, serta menghasilkan muballigh yang memiliki kemampuan menyiarkan dan membela agama Islam.
Dengan mengembalikan ajaran Islam kepada Qur’an dan Sunnah, Persis sangat giat membersihkan Islam dari bermacam-macam bid’ah dan khurafat, serta memberikan pengertian tentang hukum-hukum Islam yang sebenarnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, didirikanlah pesantren dan madrasah. Sampai kini Persis di Bandung masih menggunakan nama pesantren, walaupun untuk madrasahnya sendiri.
Penyelenggraan sekolah-sekolahnya :
1. Tingkat Ibtidaiyah : lama belajar 6 tahun. Mulai kelas IV telah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
2. Tingkat Tajhiyah : Menampung lulusan SD untuk menyiapkan diri selama 2 tahun untuk ikut masuk Tsanawiyah. Disini 100 % dimatangkan agama dan bahasa Arab.
3. Tingkat Tsanawiyah : Lama pelajaran 3 tahun. Disini sudah diberi pelajaran bahasa Inggris. Setingkat dengan SLTP.
4. Tingkat Mu’alimin : Menerima lulusan Tsanawiyah, lama belajar 3 tahun. Kecuali praktek mengajar diberikan pula praktek tabligh dan kepemimpinan. Setingkat dengan SLTA.
5. Tingkat Aliyah : bertujuan memantapkan ilmu pengetahuan dengan menerima lulusan Mu’alimin. Lama belajar 3 tahun. Sejajar dengan perkembangan Persis, disana sini didirikan pesantren dan madrasah-madrasah yang menitik beratkan ilmu pengetahuan agama. Setingkat pula dengan SLTA.
NAHDATUL ULAMA
Nahdatul Ulama (NU) didirikan tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Salah seorang ulama yang turut membangun perkumpulan NU tersebut ialah : KH. Hasyim Asy’ari, yang pernah menjadi Raisul Akbar dalam perkumpulan tersebut. Karena usahanya NU menjadi perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947).
Dilahirkan pada tahun 1871 di Jombang, Jawa Timur. Telah berturut-turut dan bertahun-tahun bermukim di Mekkah untuk menuntut ilmu agama Islam dan Bahasa Arab. Untuk melaksanakan cita-citanya, maka pada tahun 1899 ia membuka pesantren Tebu Ireng di Jombang, yang nanti menjadi pesantren terbesar di Indonesia.
Pesantren Tebuireng :
Pada mulanya pesantren ini hanya mempunyai santri sebanyak 28 orang saja, dan yang dipentingkan hanya pengajaran agama dan bahasa Arab. Pembaharuan Tebuireng dimulai sejak 1919 dengan dibukanya madrasah Salafiah, yang merupakan tangga untuk sampai pada tingkat menengah pesantren Tebuireng.
Tahun 1929 K.H. Ilyas ditunjuk sebagai kepalanya, dan dimasukkannya pengetahuan umum ke dalam madrasah Salafiyah, seperti membaca, menulis, bahasa Indonesia, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Usahanya yang progressif ini mendapat tantangan dan rintangan dari ulama-ulama dan orang tua murid yang masih bersifat kolot.
Tahun 1959 Tebuireng mempunyai murid 1800 orang dan guru-gurunya sebanyak 36 orang. Sekarang disamping pengajaran lama, terdapat madrasah-madrasah modern yang yang terdiri dari beberapa tingkatan.
Tujuan dan usaha :
Tujuan NU sebelum menjadi partai politik : memegang teguh salah satu madzab dari empat imam madzab, yaitu :
1. Syafi’i, 2. Maliki, 3. Hanafi, 4. Hambali. Disamping itu juga mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan untuk agama Islam.
Usahanya : memajukan dan memperbanyak pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah serta mengadakan tabligh-tabligh dan pengajian-pengajian, di samping usaha-usaha sosial lainnya.
Susunan madrasah-madrasah NU : tahun 1938.
Madrasah Awaliyah (3 tahun), Ibtidaiyah (3 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), Mu’alimin Wustha (2 tahun), Mu’alimin Ulya (3 tahun).
Tujuan NU sesudah menjadi partai politik :
- Menegakkan syari’at Islam dengan berhaluan salah satu dari madzab empat.
- Melaksanakan berlakunya hukum-hukum Islam dalam masyarakat.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut ialah : dengan menyiarkan agama Islam dengan melalui tabligh-tabligh, kursus-kursus dan penerbitan-penerbitan, untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran Islam.
INS (INDONESISCHE NEDRLANDSCHE SCHOOL).
MOH. SYAFEI : 1899-1969.
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran :
Pada zaman Belanda INS terbagi tas 2 tingkatan :
1. Ruang bawah (SD) : Lama belajar 7 tahun. Pelajarannya ada 2 tahun, yaitu teori 75 % dan pelajaran praktek 25 %. Pelajaran diberikan waktu pagi dan sore hari.
2. Ruang atas (SD) : Lama belajar 6 tahun. Di sini pelajaran ruang bawah diperdalam dan diperluas. Pelajaran praktek meliputi 50 % dari seluruh waktu belajar. Setelah tamat, murid-murid diserahkan langsung kepada masyarakat untuk memberikan darma baktinya.
Isi rencana pelajaran yang terpenting :
1. Mata pelajaran ekspresi (curahan) sangat dipentingkan, seperti menggambar dan musik.
2. Pelajaran musik meliputi : latihan-latihan seni suara, main biola, guitar, seruling dan sebagainya. Pelajaran menggambar termasuk pula membuat klise dari kayu. Pekerjaan tangan dipakai sebagai bentuk pengajaran. Anak-anak bekerja di bengkel, di kebun, serta menghasilkan barang-barang yang dapat dijual untuk membiayai perguruan.
3. Pelajaran pendidikan jasmani diberikan secukupnya, meliputi bersenam, sepak bola, tenis meja dan sebagainya.
4. Pendidikan budi pekerti diberikan dengan menanamkan perasaan keagamaan yang bersih dari sifat-sifat kekolotan dan kepicikan. Dianjurkan agar ditempuh cara hidup modern yang rasional.
PONDOK MODERN GONTOR – PONOROGO.
Pondok ini merupakan sebuah madrasah yang diselenggarakan secara baru, dan mempergunakan cara-cara mendidik dan belajar menurut system modern. Didirikan tahun 1926 dan kemudian pada tahun 1936 dijadikan pondok modern oleh Imam Zarkasyi. Lama pelajaran : 6 tahun.
Pelajaran yang diberikan : Ilmu agama, bahasa Arab, dan pengetahuan umum. Mulai kelas III diajarkan ilmu mendidik dan ilmu jiwa, sedang praktek mengajar dimulai kelas V.
Bahasa Arab dijadikan bahasa pengantar dan bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa Inggrispun dipentingkan pula, bahkan sekarang juga menjadi bahasa pergaulan sehari-hari dalam asrama. Para pelajar mengorganisir sendiri perkumpulan, yang terdiri dari olah raga, kesenian, kesehatan, kepanduan, dan penerangan.
Segala sesuatu mudah dilaksanakan, karena semua pelajar hidup dalam asrama. Pada tahun 1953 pondok modern ini mempunyai murid kurang lebih 1.100 orang. Karena pondok modern ini banyak menghasilkan pelajar-pelajar yang banyak berjasa kepada kemajuan agama, masyarakat dan tanah air, maka banyaklah pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh pendidikan dari dalam dan dari luar negeri yang datang mengunjunginya.
AL-JAM'IYATUL WASHLIYAH.
Didirikan pada tanggal 30 November 1930 di Medan oleh Swadaya pelajar-pelajar dan guru-guru Maktab Islamiyah Tapanuli.
Tujuan : Melaksanakan tuntutan agama Islam untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Usahanya :
- memperbanyak tabligh, tadzkir dan pengajian-pengajian.
- mendirikan perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, pendidikan dan kebudayaan.
Catatan : Pada tahun 1955 Al-Washliyah mempunyai 523 madrasah, dengan 70.000 orang murid, serta 48 buah sekolah umum.
PERSATUAN UMAT ISLAM (PUI).
Sebuah perkumpulan Islam yang bersifat sosial dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Didirikan pada tanggal 5 April 1952. PUI merupakan fusi/ peleburan dari 2 perkumpulan Islam, yaitu : Perserikatan umat Islam (1917 di bawah pimpinan K.H.A. Halim Majalengka, dan Al-Ittihadiyatul Islamiyah (AII) di bawah pimpinan KHA. Sanusi Sukabumi.
Tujuan : Menuju terlaksananya syari'at Islam menurut madzab ahli Sunnah wal jamaah.
Usahanya : pemeliharaan masjid-masjid, surau-surau, pesantren-pesantren dan pengajian-pengajian, memajukan pendidikan dan pengajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya. Di Jawa Barat PUI telah mempunyai 400 madrasah.
PERGURUAN RAKYAT (PR)
Dipandang dari induk pembinanya, PR pada hakikatnya mengikuti aliran PNI di bawah pimpinan Bung Karno.
Dasar : Sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, yang kemudian disebut Marhenisme dituangkan dan diproyektir ke dalam pendidikan berunsur kebangsaan untuk perjuangan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Dewan pengurus : Dr. Moh Nazief SH, Prof. Sunaryo SH, Arnold Mononutu, Sartono SH, Moh. Husni Thamrin, RMAA Kusumo Utoyo.
Guru-gurunya : Prof. Moh. Yamin SH, Dr. AK. Gani, Nur St. Iskandar, Prof. Sugarda Purbakawaca, Suwirya dan lain-lain.
Sistem pengajarannya : Pelbagai sistem dikombinasikan dicampur dan dilaksanakan pada tempatnya masing-masing, diantaranya ialah sistem-sistem Frobel, Montessori, Dalton sebagainya. Semua diambil intisarinya yang dapat diterapkan dan dimanfaatkan oleh anak-anak Indonesia.
Tradisi PR : Mengadakan hari Istimewa, yaitu hari Sabtu, dimana murid-murid tidak diberi pelajaran, melainkan berolah raga, dan sehabis itu berkumpul di dalam suatu debating club, suatu latihan berpidato dan berdebat tentang sesuatu hal. Biasanya di sekitar pergerakan kebangsaan dan kemasyarakatan.
Usaha-usaha permulaan.
Tahun 1607 VOC mendirikan sekolah yang pertama di Ambon. Pelajaran yang diberikan ialah : membaca, menulis dan sembahyang. Gurunya : orang-orang Belanda dan kemudian anak kepala-kepala adat di Ambon yang telah dididik menjadi guru. Bahasa pengantar mula-mula bahasa Belanda dan kemudian bahasa Melayu. Murid-muridnya : Tiap-tiap kelas berisi 30 a 40 orang, dan tiap-tiap murid diberi beras 1 pon setiap hari, agar mereka rajin ke sekolah. Lama pelajaran : tidak ditentukan. Pengawasan : dilakukan oleh pendeta-pendeta. Guru-gurunya kebanyakan merupakan pejabat-pejabat gereja.
Tahun 1627 di Ambon sudah ada 16 sekolah dan 18 sekolah disekitarnya, dengan jumlah murid ± 1300 orang. Sekolah-sekolah di luar Ambon tersebut antara lain di Timor, P. Sewu, P. Kei, P. Aru dan sebagainya. Tentang keadaan di P. Jawa, hubungan Kompeni dengan rakyat tidak begitu erat seperti di Maluku, sebab P. Jawa sedikit sekali menghasilkan rempah-rempah dan untuk ini cukup berhubungan dengan raja-raja saja.
Sekolah pertama di Jakarta.
Tahun 1617 didirikan sekolah pertama di Jakarta. Lama sekolah 5 tahun, dan mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Tujuan sekolah : untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang cakap, yang kelak dapat dipekerjakan pada pemerintah, administrasi dan gereja. Bahasa pengantar : Bahasa Belanda. Sesudah tahun 1786 barulah dipergunakan bahasa Melayu. Murid-muridnya diutamakan dari anak-anak pegawai.
Keadaan jumlah murid sekolah VOC.
Batavia = 639 orang; Pantai utara Pulau Jawa = 327 orang; Makasar = 50 orang; Timor = 593 orang. Sumatera Barat = 37 orang; Cirebon = 6 orang; Banten = 5 orang; Maluku = 1057 orang; dan Ambon = 3966 orang.
PENYELENGGARAAN SEKOLAH-SEKOLAH BUMI PUTERA SESUDAH 1850.
Untuk melaksanakan putusan tahun 1848, pemerintah kolonial menghadapi 2 macam kesulitan :
1. Bahasa pengantar, akhirnya diputuskan bahwa bahasa pengantar di sekolah-sekolah ialah bahasa daerah, sedang bahasa Melayu diberikan sebagai mata pelajaran.
2. Kekurangan tenaga guru, untuk mengatasi hal ini pada bulan April 1852 dibuka Kweekschool (sekolah guru pertama di Surakarta).
Sekolah-sekolah Belanda
Anak-anak Indonesia dan Tionghoa yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh gubernur jenderal dapat diterima di sekolah ini.
Tahun 1879, timbullah usaha-usaha baru. Di karesidenan Surakarta dan Yogyakarta dibuka sekolah-sekolah bumiputera. Di Padang dan Bukittinggi dibuka sekolah Gadis, kemudian ditutup tahun 1885. Kemudian timbul pula 2 jenis sekolah baru, yaitu :
1. Speciale School (sekolah istimewa). Sekolah ini merupakan bentuk peralihan antara sekolah Belanda dan sekolah Bumiputera. Kepala sekolahnya orang Belanda, sedang guru-gurunya bangsa Indonesia. Bahasa pengantarnya bahasa Belanda. Sekolah-sekolah ini didirikan di Ambon (1869), Depok (1873), Magelang (1879).
2. Hoofden School (Sekolah Menak). Sekolah ini untuk anak-anak dari lapisan atas saja, dan merupakan tempat pendidikan calon-calon pegawai. Adapun pelajarannya sama dengan di sekolah rendah, hanya ditambah : ilmu ukur tanah. Bahasa pengantar : bahasa Belanda dan bahasa Melayu. Sekolah ini didirikan di Tondano, Bandung, Magelang dan Probolinggo.
Sekolah-sekolah Bumiputera kelas II
Di samping sekolah-sekolah Desa dan sekolah-sekolah Vervolg, maka sekolah-sekolah Bumiputera kelas II tetap berdiri terus. Pada tahun 1902 lama belajar dijadikan 5 tahun. Tujuannya : mendidik calon pegawai pada perusahaan, atau sebagai pegawai negeri rendahan. Tahun 1929 semua sekolah-sekolah kelas II diubah menjadi sekolah-sekolah desa dengan sekolah-sekolah vervolgnya.
Maka jelas tampak pada kita adanya 3 susunan pengajaran rendah bagi anak-anak Indonesia :
1. Sekolah Desa, bagi anak-anak rakyat jelata.
2. Sekolah kelas II, yang kemudian diubah menjadi sekolah Vervolg.
3. Sekolah kelas I, yang sejak tahun 1914 dijadikan HIS, bagi priyayi dan anak-anak terkemuka.
Mulo
Lanjutan dari HIS adalah MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs), yang sejak zaman Jepang hingga sekarang bernama SMP. Lama belajar 3 tahun. Tujuannya : menjadi onderbouw (tingkatan bawah) dari sekolah-sekolah kejuruan menengah/ pengajaran menengah. Sebenarnya sejak tahun 1903 telah didirikan kursus Mulo yang memberi pelajaran lanjutan khusus anak-anak Belanda. Lama belajarnya 2 tahun, namun kemudian diubah menjadi 3 tahun.
A.M.S
Untuk memberi kemungkinan pada pemuda-pemuda Indonesia untuk melanjutkan pelajaran yang lebih tinggi, maka didirikanlah sekolah tingkatan menengah yang diberi nama AMS (Algemene Middelbare School). Pada zaman Jepang sekolah ini dinamakan Sekolah Menengah Tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut Sekolah Menengah Atas (SMA).
AMS ini dibagi menjadi 2 bagian :
Bagian A : Ilmu Pengetahuan Kebudayaan, terdiri dari :
A I : Bagian Kesusasteraan Timur.
A II : Bagian Klasik Barat.
Bagian B : Ilmu Pengetahuan Kealaman
AMS pertama didirikan pada tahun 1919 di Yogya (bagian B). Pada tahun 1920 didirikan bagian A di Bandung, dan pada tahun 1926 bagian AI di Surakarta. Untuk AMS bagian B sederajat dengan HBS 5 tahun (Hogere Burger School). Yaitu pengajaran khusus anak-anak Belanda.
PENDIDIKAN GURU
Karena adanya beberapa jenis sekolah rendah, maka pendidikan gurunyapun bermacam-macam pula.
1. Untuk Sekolah Desa
Untuk memenuhi kebutuhan akan guru-guru sekolah Desa, maka diadakanlah:
1. Sistem magang : Diadakan di sekolah kelas II (Vervolg) dipimpin oleh Kepala Sekolah (Mantri Guru). Pemagang adalah tamatan sekolah kelas II, kemudian menempuh ujian PO (Premic Opleiding). Yang diujikan terutama praktek mengajar. Setelah lulus diangkat sebagai guru bantu sekolah desa, dengan surat keputusan Bupati. Sistem ini berakhir tahun 1921.
2. CVO (Cursus Volka Onderwijzer) : Lama belajar 2 tahun, dengan bahasa pengantar bahasa daerah. Murid-muridnya terdiri dari tamatan Vervolg atau sekolah kelas II.
2. Untuk Sekolah Vervolg (Sekolah kelas II)
1. Sistem magang : Diselenggarakan di sekolah Vervolg (kelas II). Pemagang adalah tamatan sekolah vervolg. Pimpinan dipegang oleh Mantri guru. Kemudian pemagang menempuh ujian untuk mencapai ijazah GB (Guru Bantu Biasa), yang menguji adalah inspektur. Pemegang ijazah GB diangkat menjadi pegawai negeri dan mempunyai wewenang mengajar sampai kelas IV.
2. Normal cursus 2 tahun : Pengikut-pengikut kursus ini adalah para magang yang memiliki ijazah CVO. Kursus diberikan petang hari, pada beberapa kota besar. Setelah memiliki ijazah Noormal cursus ini mereka kemudian diangkat menjadi pegawai negeri. Bahasa pengantarnya adalah bahasa daerah.
3. Normal school : (NS)
Didirikan tahun 1914. Yang diterima menjadi murid ialah lulusan sekolah vervolg atau sekolah kelas II. Lama belajar 4 tahun. Bahasa pengantar : bahasa daerah. Lulusan NS mempunyai wewenang mengajar sampai kelas tertinggi.
4. Kweekschool (KS)
Lulusan HIS dan yang sederajat dapat diterima menjadi murid di sekolah ini. Lama belajar 6 tahun, kemudian 5 tahun, dan akhirnya 4 tahun. Bahasa pengantarnya : bahasa Belanda . Tamatan KS mempunyai wewenang mengajar sampai kelas tertinggi.
3. Untuk HIS
a. NS (Normalschool).
b. KS (Kweekschool).
c. HKS (Hogere Kweekschool).
Sekolah ini didirikan tahun 1914 dan ditutup tahun 1932. Menerima lulusan KS dan MULO. Lama belajar 3 tahun. Bahasa Pengantar : bahasa Belanda.
d. HIK (Holland Inlandse Kweekschool)
Didirikan tahun 1927. Menerima murid dari HIS untuk bagian rendah dan dari Mulo untuk bagian tinggi/ atas. Lama belajar 6 tahun sesudah HIS, yang terdiri 3 tahun di bagian rendah dan 3 tahun di bagian atas. Bahasa pengantar : bahasa Belanda.
e. Kasus Hoofdacte.
Yang dapat mengikuti kursus ini ialah tamatan HKS dan HIK. Lama belajar 2 tahun. Pemilik ijazah ini menjadi kepala HIS.
PENGAJARAN TINGGI
Karena terdesak oleh kebutuhan akan tenaga insinyur, maka akhirnya didirikan :
1. Sekolah Tehnik Tinggi.
Didirikan di Bandung tahun 1920 oleh sebuah yayasan yang diberi nama ”Tecnische Hoge School” (THS). Lama belajar 5 tahun, dan merupakan sekolah tinggi yang pertama di Indonesia.
2. Sekolah Hakim Tinggi
Bangsa Belanda menamakan : Rechtskundige Hoge School (RHS). Dibuka di Jakarta tahun 1924. Lama belajar 5 tahun. Yang diterima tamatan AMS. Tamatan dari sekolah ini dijadikan jaksa atau hakim pada pengadilan. Tetapi mereka belum bergelar Mr (SH).
3. Sekolah Tabib Tinggi (Geneeskundige Hoge School = GHS).
Didirikan d Jakarta tahun 1927. Lama belajar 7 tahun. Yang diterima adalah lulusan AMS atau HBS 5 tahun. Sekolah ini jelmaan dari Stovia (sekolah dokter Jawa).
USAHA-USAHA DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN KEBANGKITAN NASIONAL
Para pemimpin pergerakan Nasional insyaf perlunya pendidikan nasional, dan pendidikan yang bersifat nasional ini harus segera dimasukkan ke dalam perjuangannya. Maka lahirlah sekolah-sekolah swasta atau usaha-usaha perintis kemerdekaan.
Sekolah ini ada dua macam :
1. Sekolah-sekolah yang sesuai dengan haluan politik, yaitu :
a. Taman siswa, yang mula-mula didirikan di Yogyakarta.
b. Sekolah Serikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis.
c. Ksatrian Institut, di Bandung.
d. Perguruan rakyat di Jakarta dan Bandung.
2. Sesuai dengan tuntutan agama, yaitu :
a. Sekolah-sekolah Serikat Islam.
b. Sekolah-sekolah Muhammadiyah.
c. Sekolah Sumatera Tawalib, di Padangpanjang.
d. Sekolah-sekolah Nahdatul Ulama’.
e. Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI) dan lain-lain.
Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Asas persyarikatan tersebut ialah :
- Asas gerak amalnya : Islam.
- Asas tujuannya : mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Asas perjuangannya : Dakwah Islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebajikan dan mencegah kejahatan) dalam bidang kemasyarakatan.
- Asas usahanya : mencakup semua bidang kegiatan dan kehidupan masyarakat.
Tujuan Muhammadiyah :
Memperluas dan mempertinggi pendidikan agama Islam modern, serta memperteguh keyakinan tentang agama Islam, sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Usaha-usahanya :
1. Mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, dibawah pimpinan bagian pengajaran. Sekolah-sekolah tersebut disamping memberikan pelajaran agama Islam, juga pelajaran-pelajaran sebagaimana di sekolah-sekolah umum/ negeri.
2. Memperluas pengajian-pengajian, dibawah pimpinan bagian tabligh, menyebarkan bacaan-bacaan agama, mendirikan masjid, madrasah, pesantren dan sebagainya.
3. Mendirikan rumah-rumah yatim piatu, rumah sakit dan poliklinik-poliklinik untuk memelihara kesehatan rakyat, di bawah asuhan PKU (Pertolongan Kesengsaraan Umum).
4. Selain tersebut diatas ada pula bagian-bagian lain seperti bagian wanitanya dinamakan Aisyiyah, bagian pemudanya dinamakan pemuda Muhammadiyah. Semboyan Muhammadiyah : Sedikit bicara, banyak bekerja. Berlomba-lombalah dalam kebaikan.
Prinsip Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah berasaskan Islam, berpedoman Qur’an dan Hadits. Tujuannya : membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Sebagai seorang muslim harus mempunyai ciri-ciri:
- berjiwa tauhid yang murni.
- beribadah kepada Allah.
- berbakti kepada orang tua dan baik kepada kerabatnya.
- memiliki akhlak yang mulia dan halus perasaannya.
- berilmu pengetahuan dan mempunyai kecakapan.
- cakap memimpin keluarga dan masyarakat.
Dasar-dasar pendidikan Muhammadiyah
1. Kemasyarakatan : Artinya memikirkan aspek masyarakat di samping aspek individu. Maksudnya agar anak-anak kelak tidak menjadi orang yang setengah-setengah/ canggung dalam masyarakat. Untuk ini maka harus dididik supaya dapat berdiri sendiri (selfstanding) dan tidak menjadi parasit.
2. Tajdid (progressivitas) = pembaruan. Artinya kita usahakan nilai-nilai dan cara-cara baru, agar perguruan itu tetap up to date.
3. Aktivitas : anak-anak dididik menjadi orang yang aktif dengan latihan-lathan kerja, juga dalam kerja kelompok dan sebagainya. Kita ubah sistem guru sentris menjadi paedocentris (berpusat pada anak).
4. Kreativitas : Yaitu menimbulkan daya cipta dengan memberikan beberapa mata pelajaran, misalnya teknologi.
5. Optimisme : Artinya bila syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi, kita bersangka baik terhadap hasil pendidikan kita.
Penyelenggaraan sekolah-sekolah Muhammadiyah :
- Pada zaman Belanda sudah mempunyai bagian, misalnya sekolah Bustanul Atfal (TK), sekolah kelas II, HIS, Mulo, Kweekschool dan AMS.
- Sekolah-sekolah agama misalnya : Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SLTP), Mualimin/ Mu’alimat (SPG) dan sebagainya.
- Pada zaman Jepang sekolah-sekolahnya berjalan terus tapi terjadi kegoncangan-kegoncangan di sana-sini.
- Pada zaman kemerdekaan lebih berkembang lagi, sehingga mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : Madrasah Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Diniyah, Mu’alimin/ Mu’alimat, TK, SD, SMEP, SMEA, SMA, SMOA, SKKP, SKKA, IKIP dan masih ada lagi.
Tidak sedikit jumlah sekolah-sekolah Muhammadiyah yang mendapat subsidi dari pemerintah, dan juga mendapat bantuan/ sumbangan.
TAMAN SISWA
Riwayat hidup Ki Hajar Dewantara :
Kihajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 1889 sebagai putera KPH. Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III.
Nama aslinya : RM. Suwadi Suryaningrat, dan pada usia 40 tahun ia berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Dialah pencipta perguruan Nasional. Taman siswa yang didirikan pada tanggal 3 juli 1922.
Dasar Taman Siswa :
Dasar pendidikan dan pengajaran Taman Siswa ialah Panca Darma Taman Siswa, disusun tahun 1947. Dasar-dasar itu ialah :
1. Asas Kemerdekaan :
Harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri, atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
2. Asas Kodrat Alam :
Berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia, jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan itu. Karena itu hendaklah tiap anak dapat berkembang dengan sewajarnya.
3. Asas Kebudayaan :
Ini tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan, tetapi pertama-tama membawa kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir batin.
4. Asas Kebangsaan :
Tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malahan harus menjadi bentuk dan perbuatan kemanusiaan yang nyata. Dan oleh karena itu tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju ke arah kebahagiaan lahir batin seluruh bangsa.
5. Asas Kemanusiaan :
Menyatakan bahwa darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang harus terlihat pada kesucian hatinya dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya.
Adat Ke- Taman Siswa-an :
1. Sebutan Ki, Nyi, dan Ni.
Maksudnya : menghilangkan perbedaan tingkat pada anggota keluarga Taman Siswa, dan karenanya melaksanakan prinsip demokrasi dalam hidup pergaulan sehari-hari.
Ki bagi sekalian anggota kaum pria.
Nyi bagi angggota kaum wanita yang sudah bersuami.
Ni bagi anggota wanita yang belum bersuami.
2. Tentang melenyapkan imbangan “majikan-buruh”.
Guru-guru tidak menerima gaji, tetapi dapat nafkah, yakni biaya hidup yang diperhitungkan menurut kebutuhan-kebutuhan hidup yang nyata.
3. Tentang urusan kekeluargaan : hampir seluruh aturan untuk memelihara kekeluargaan Taman Siswa tidak bersandarkan peraturan-peraturan tertulis, namun pada mulanya semata-mata timbul sebagai adat kebiasaan, sedangkan dasar-dasarnya ialah : Demokrasi serta keadilan sosial dalam lingkungan cita-cita perikemanusiaan dan kodrat alam.
4. Sebutan ibu dan bapak : Murid-murid menyebut ibu atau bapak kepada guru-gurunya/ pamongnya.
5. Pengertian demokrasi : yang dimaksud bukan demokrasi secara barat yang dioper secara mentah-mentah, melinkan harus ditempatkan di bawah pimpinan kebijaksanaan.
Bagian-bagian sekolah Taman Siswa :
1. Taman Indriya (Taman kanak-kanak) : umur 5-6 tahun.
2. Taman Anak (kelas I-III) : umur 6-10 tahun.
3. Taman Muda (kelas IV-VI SR) : umur 10-13 tahun.
4. Taman Dewasa (SMP).
5. Taman Madya (SMA).
6. Taman guru BI : calon guru SD.
Taman guru BII (1 tahun sesudah TamanGuru BI)
Taman guru BIII ( 1 tahun sesudah Taman Guru BII)
Taman guru Indriaya (SLTP + 2 tahun) ................
7. Taman Masyarakat, Taman Tani, Taman Rini (untuk wanita).
8. Taman Karti (untuk pertukangan), yang diadakan di beberapa tempat saja.
Bentuk organisasi pendidikan Taman Siswa
Sesuai dengan sifat pendidikannya (kultural-nasional), maka TS sebagai organisasi pendidikan berbentuk :
1. Perguruan : Tempat berguru, tempat murid-murid mendapat pendidikan, dan juga tempat kediaman guru. Jadi gedung perguruan disamping tempat mengajar, juga tempat anak-anak berkumpul dengan gurunya sehabis berguru. Juga tempat pertemuan perayaan dan sebagainya. Ruang-ruang dibuat praktis, dinding-dinding antar kelas mudah dibuka sehingga merupakan ruangan yang luas.
2. Pondok-asrama : selain guru-guru juga murid-murid yang berasal dari lain tempat, berdiam di perguruan yang sudah bersifat asrama. Pondok asrama ini menjadi salah satu alat pendidikan di TS. Pondok untuk anak laki-laki disebut Wisma Pria, sedang untuk anak-anak perempuan Wisma Rini. Pondok itu selalu berada di bawah pengawasan para guru dan sifat kekeluargaan tetap terpelihara.
Isi Kurikulum Taman Siswa :
- Isi kurikulum/ rencana pelajaran TS bersifat kultural nasional. Tiap-tiap mata pelajaran diberikan sebagai bagian dari peradaban bangsa , dan dimana perlu harus memperbaiki syarat-syarat keadaban untuk disesuaikan dengan zaman. Pemuda-pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan konvensi yang dapat menghambat pesatnya kemajuan bangsa.
- Segala pelajaran harus dapat membangkitkan perasaan cinta kepada tanah air dan bangsa. Untuk ini dipentingkan sekali : nyanyian-nyanyian Nasional, ceritera-ceritera pahlawan bangsa, darmawisata, dan sebagainya.
- Di samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan kesusilaan serta pendidikan kebudayaan yang bersifat kebangsaan.
- Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan, dan bahasa daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerahnya masing-masing. Adapun bahasa asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah perhubungan dengan luar negeri.
Semboyan-semboyan Taman Siswa :
Semboyan-semboyan diberikan dalam bentuk sastra, lukisan atau kesenian lainnya, sehingga akan mudah mengingatnya. Hal ini penting untuk perkembangan pribadi anak-anak, bukan hanya fikirannya, tapi juga perasaannya. Semboyan-semboyan itu diantaranya :
1. Lawan sastra ngesti mulya : (Dengan kecerdasan jiwa menuju ke arah kesejahteraan). Inilah semboyan TS yang pertama dan yang menjelaskan maksud berdirinya TS tahun 1922 (1852 Jw).
2. Suci tata ngesti tunggal : (Dengan kesucian dan ketertiban menuju kesatuan). Menjelaskan terjadinya TS pada tahun 1923 (1854).
3. Tut wuri handayani : (mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh). Maksudnya : Biarkan anak mencari jalan sendiri, jangan ditarik-tarik dari depan. Bila anak salah jalan barulah pamong boleh mencampurinya. Kemajuan sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati. Tak perlu menggunakan perintah, paksaan dan hukuman. Dasar kodrat alam dan dasar kemerdekaan kemudian mewujudkan ”sitem among”. Tugas guru sebagai pamong ialah : Tetap mempengaruhi anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk berjalan sendiri. Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalan anak-anak, apabila mereka sendiri tidak bisa menghindari bahaya-bahaya yang mengancam keselamatannya.
4. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani : (Di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan anak, di belakang memberi pengaruh).
5. Tertib dan damai : TS mendasarkan pendidikannya kepada tata tertib dan damai : Lahirnya tiada terperintah, batinnya dapat memerintah sendiri, dan juga berdiri atas kekuatan sendiri.
6. Kita berhamba kepada sang anak : pendidik dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga, mendekati si terdidik untuk mengorbankan diri kepadanya. Jadi guru untuk murid dan bukan sebaliknya.
7. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung : segala yang menghalangi akan hancur. Semboyan ini akan dipakai untuk memperteguh kemauan.
8. Tetep, antep, mantep : Ketetapan pikiran dan batin menentukan kualitas seseorang. Jika tetap dan antep telah ada, maka mantep akan datang juga.
9. Ngandel, kandel, kendel, dan bandel : Percaya akan memberikan pendirian yang tegak. Maka kemudiannya kendel (berani) dan bandel (tidak lekas ketakutan) akan menyusul sendiri.
10. Neng, ning, nung, nang : Kesucian fikiran dan kebatinan yang didapat dengan ketenangan hati, itulah yang mendatangkan kekuasaan. Dan kalau sudah ada ketiga-tiganya itu maka kemenangan akan menjadi bagian kita.
11. Bibit, bebed, bobot : Menganjurkan pemilihan yang seksama di dalam menentukan calon anak menantu. Pilihan bibit yang sehat, jenis yang baik dan berisi.
Yayasan Dewantara (Dewantara Foundation).
Didirikan tahun 1960 dan diketuai oleh Sarino Mangunpranoto. Yayasan ini bergerak dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Usaha yang pertama dijalankan adalah Pendidikan Karya (Sekolah Karya) dan kemudian Akademi Farming (Pertanian).
Sekolah karya :
Tujuannya : mendidik warga negara agar dapat berdiri sendiri, serta memberi kecakapan-kecakapan dan rasa tanggung jawab untuk menjadi pilot bagi kelilingnya dan ikut membangun daerahnya menuju Indonesia yang adil dan makmur.
Dasar-dasar Sekolah Karya :
- dipentingkan pendidikan spiritual, untuk mewujudkan kepribadian yang berwatak.
- menyajikan bahan pengajaran yang rasional dan fungsional.
- mementingkan oto-aktivitas dengan menjalankan karya tangan
Bahan pelajaran meliputi :
- kecakapan praktis dan pengalaman.
- kerja nyata untuk menyaksikan sendiri.
- Menempatkan pendidikan sebagai suatu bagian dari masyarakat.
Di Yogyakarta sebagai ajang kiprah Ki Hajar Dewantoro semasa pergerakan lalu, juga tak ditemukan nama jalan Ki Hajar Dewantara atau taman umum Ki Hajar Dewantara. Yang ada hanya jalan Taman Siswa di bilangan Kecamatan Mergangsan.
Macamnya Sekolah Karya :
- Sekolah karya pertanian
- Sekolah karya industri
- Sekolah karya laut
Akademi Farming :
Telah didirikan di Semarang. Yang menerima lulusan SMA/ B dan yang sederajat. Lulusan akademi tersebut kecuali dapat berdiri sendiri, diharapkan bersedia mendirikan sekolah karya pertanian tingkat menengah atau menjadi pengasuhny. Mereka dapat pula menjadi guru SLP dan SLA bagian skill.
PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS).
Tujuan : Persis didirikan di Bandung pada tahun 1923 Mula-mula diketuai A. Hasan, sedangkan penasihatnya ialah M. Natsir, yang juga bekerja sebagai guru.
Persis bertujuan mempersiapkan calon-calon ulama yang tidak kaku menghadapi masyarakat, serta menghasilkan muballigh yang memiliki kemampuan menyiarkan dan membela agama Islam.
Dengan mengembalikan ajaran Islam kepada Qur’an dan Sunnah, Persis sangat giat membersihkan Islam dari bermacam-macam bid’ah dan khurafat, serta memberikan pengertian tentang hukum-hukum Islam yang sebenarnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, didirikanlah pesantren dan madrasah. Sampai kini Persis di Bandung masih menggunakan nama pesantren, walaupun untuk madrasahnya sendiri.
Penyelenggraan sekolah-sekolahnya :
1. Tingkat Ibtidaiyah : lama belajar 6 tahun. Mulai kelas IV telah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
2. Tingkat Tajhiyah : Menampung lulusan SD untuk menyiapkan diri selama 2 tahun untuk ikut masuk Tsanawiyah. Disini 100 % dimatangkan agama dan bahasa Arab.
3. Tingkat Tsanawiyah : Lama pelajaran 3 tahun. Disini sudah diberi pelajaran bahasa Inggris. Setingkat dengan SLTP.
4. Tingkat Mu’alimin : Menerima lulusan Tsanawiyah, lama belajar 3 tahun. Kecuali praktek mengajar diberikan pula praktek tabligh dan kepemimpinan. Setingkat dengan SLTA.
5. Tingkat Aliyah : bertujuan memantapkan ilmu pengetahuan dengan menerima lulusan Mu’alimin. Lama belajar 3 tahun. Sejajar dengan perkembangan Persis, disana sini didirikan pesantren dan madrasah-madrasah yang menitik beratkan ilmu pengetahuan agama. Setingkat pula dengan SLTA.
NAHDATUL ULAMA
Nahdatul Ulama (NU) didirikan tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Salah seorang ulama yang turut membangun perkumpulan NU tersebut ialah : KH. Hasyim Asy’ari, yang pernah menjadi Raisul Akbar dalam perkumpulan tersebut. Karena usahanya NU menjadi perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947).
Dilahirkan pada tahun 1871 di Jombang, Jawa Timur. Telah berturut-turut dan bertahun-tahun bermukim di Mekkah untuk menuntut ilmu agama Islam dan Bahasa Arab. Untuk melaksanakan cita-citanya, maka pada tahun 1899 ia membuka pesantren Tebu Ireng di Jombang, yang nanti menjadi pesantren terbesar di Indonesia.
Pesantren Tebuireng :
Pada mulanya pesantren ini hanya mempunyai santri sebanyak 28 orang saja, dan yang dipentingkan hanya pengajaran agama dan bahasa Arab. Pembaharuan Tebuireng dimulai sejak 1919 dengan dibukanya madrasah Salafiah, yang merupakan tangga untuk sampai pada tingkat menengah pesantren Tebuireng.
Tahun 1929 K.H. Ilyas ditunjuk sebagai kepalanya, dan dimasukkannya pengetahuan umum ke dalam madrasah Salafiyah, seperti membaca, menulis, bahasa Indonesia, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Usahanya yang progressif ini mendapat tantangan dan rintangan dari ulama-ulama dan orang tua murid yang masih bersifat kolot.
Tahun 1959 Tebuireng mempunyai murid 1800 orang dan guru-gurunya sebanyak 36 orang. Sekarang disamping pengajaran lama, terdapat madrasah-madrasah modern yang yang terdiri dari beberapa tingkatan.
Tujuan dan usaha :
Tujuan NU sebelum menjadi partai politik : memegang teguh salah satu madzab dari empat imam madzab, yaitu :
1. Syafi’i, 2. Maliki, 3. Hanafi, 4. Hambali. Disamping itu juga mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan untuk agama Islam.
Usahanya : memajukan dan memperbanyak pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah serta mengadakan tabligh-tabligh dan pengajian-pengajian, di samping usaha-usaha sosial lainnya.
Susunan madrasah-madrasah NU : tahun 1938.
Madrasah Awaliyah (3 tahun), Ibtidaiyah (3 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), Mu’alimin Wustha (2 tahun), Mu’alimin Ulya (3 tahun).
Tujuan NU sesudah menjadi partai politik :
- Menegakkan syari’at Islam dengan berhaluan salah satu dari madzab empat.
- Melaksanakan berlakunya hukum-hukum Islam dalam masyarakat.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut ialah : dengan menyiarkan agama Islam dengan melalui tabligh-tabligh, kursus-kursus dan penerbitan-penerbitan, untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran Islam.
INS (INDONESISCHE NEDRLANDSCHE SCHOOL).
MOH. SYAFEI : 1899-1969.
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran :
Pada zaman Belanda INS terbagi tas 2 tingkatan :
1. Ruang bawah (SD) : Lama belajar 7 tahun. Pelajarannya ada 2 tahun, yaitu teori 75 % dan pelajaran praktek 25 %. Pelajaran diberikan waktu pagi dan sore hari.
2. Ruang atas (SD) : Lama belajar 6 tahun. Di sini pelajaran ruang bawah diperdalam dan diperluas. Pelajaran praktek meliputi 50 % dari seluruh waktu belajar. Setelah tamat, murid-murid diserahkan langsung kepada masyarakat untuk memberikan darma baktinya.
Isi rencana pelajaran yang terpenting :
1. Mata pelajaran ekspresi (curahan) sangat dipentingkan, seperti menggambar dan musik.
2. Pelajaran musik meliputi : latihan-latihan seni suara, main biola, guitar, seruling dan sebagainya. Pelajaran menggambar termasuk pula membuat klise dari kayu. Pekerjaan tangan dipakai sebagai bentuk pengajaran. Anak-anak bekerja di bengkel, di kebun, serta menghasilkan barang-barang yang dapat dijual untuk membiayai perguruan.
3. Pelajaran pendidikan jasmani diberikan secukupnya, meliputi bersenam, sepak bola, tenis meja dan sebagainya.
4. Pendidikan budi pekerti diberikan dengan menanamkan perasaan keagamaan yang bersih dari sifat-sifat kekolotan dan kepicikan. Dianjurkan agar ditempuh cara hidup modern yang rasional.
PONDOK MODERN GONTOR – PONOROGO.
Pondok ini merupakan sebuah madrasah yang diselenggarakan secara baru, dan mempergunakan cara-cara mendidik dan belajar menurut system modern. Didirikan tahun 1926 dan kemudian pada tahun 1936 dijadikan pondok modern oleh Imam Zarkasyi. Lama pelajaran : 6 tahun.
Pelajaran yang diberikan : Ilmu agama, bahasa Arab, dan pengetahuan umum. Mulai kelas III diajarkan ilmu mendidik dan ilmu jiwa, sedang praktek mengajar dimulai kelas V.
Bahasa Arab dijadikan bahasa pengantar dan bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa Inggrispun dipentingkan pula, bahkan sekarang juga menjadi bahasa pergaulan sehari-hari dalam asrama. Para pelajar mengorganisir sendiri perkumpulan, yang terdiri dari olah raga, kesenian, kesehatan, kepanduan, dan penerangan.
Segala sesuatu mudah dilaksanakan, karena semua pelajar hidup dalam asrama. Pada tahun 1953 pondok modern ini mempunyai murid kurang lebih 1.100 orang. Karena pondok modern ini banyak menghasilkan pelajar-pelajar yang banyak berjasa kepada kemajuan agama, masyarakat dan tanah air, maka banyaklah pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh pendidikan dari dalam dan dari luar negeri yang datang mengunjunginya.
AL-JAM'IYATUL WASHLIYAH.
Didirikan pada tanggal 30 November 1930 di Medan oleh Swadaya pelajar-pelajar dan guru-guru Maktab Islamiyah Tapanuli.
Tujuan : Melaksanakan tuntutan agama Islam untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Usahanya :
- memperbanyak tabligh, tadzkir dan pengajian-pengajian.
- mendirikan perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, pendidikan dan kebudayaan.
Catatan : Pada tahun 1955 Al-Washliyah mempunyai 523 madrasah, dengan 70.000 orang murid, serta 48 buah sekolah umum.
PERSATUAN UMAT ISLAM (PUI).
Sebuah perkumpulan Islam yang bersifat sosial dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Didirikan pada tanggal 5 April 1952. PUI merupakan fusi/ peleburan dari 2 perkumpulan Islam, yaitu : Perserikatan umat Islam (1917 di bawah pimpinan K.H.A. Halim Majalengka, dan Al-Ittihadiyatul Islamiyah (AII) di bawah pimpinan KHA. Sanusi Sukabumi.
Tujuan : Menuju terlaksananya syari'at Islam menurut madzab ahli Sunnah wal jamaah.
Usahanya : pemeliharaan masjid-masjid, surau-surau, pesantren-pesantren dan pengajian-pengajian, memajukan pendidikan dan pengajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya. Di Jawa Barat PUI telah mempunyai 400 madrasah.
PERGURUAN RAKYAT (PR)
Dipandang dari induk pembinanya, PR pada hakikatnya mengikuti aliran PNI di bawah pimpinan Bung Karno.
Dasar : Sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi, yang kemudian disebut Marhenisme dituangkan dan diproyektir ke dalam pendidikan berunsur kebangsaan untuk perjuangan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Dewan pengurus : Dr. Moh Nazief SH, Prof. Sunaryo SH, Arnold Mononutu, Sartono SH, Moh. Husni Thamrin, RMAA Kusumo Utoyo.
Guru-gurunya : Prof. Moh. Yamin SH, Dr. AK. Gani, Nur St. Iskandar, Prof. Sugarda Purbakawaca, Suwirya dan lain-lain.
Sistem pengajarannya : Pelbagai sistem dikombinasikan dicampur dan dilaksanakan pada tempatnya masing-masing, diantaranya ialah sistem-sistem Frobel, Montessori, Dalton sebagainya. Semua diambil intisarinya yang dapat diterapkan dan dimanfaatkan oleh anak-anak Indonesia.
Tradisi PR : Mengadakan hari Istimewa, yaitu hari Sabtu, dimana murid-murid tidak diberi pelajaran, melainkan berolah raga, dan sehabis itu berkumpul di dalam suatu debating club, suatu latihan berpidato dan berdebat tentang sesuatu hal. Biasanya di sekitar pergerakan kebangsaan dan kemasyarakatan.
0 comments:
Post a Comment