Aplikasi Teori Perkembangan Peserta Didik Menurut Perspektif Islam Terhadap Pembentukan Perilaku Siswa Kelas 1 SD

A. Merasakan Adanya Masalah
Masalah yang sering dihadapi para pendidik dalam mengajarkan ilmunya pada siswa-siswa kelas 1 SD adalah kesulitan pendidik tersebut untuk membentuk perilaku siswa tersebut menuju prilaku yang baik dan benar.

B. Eksporasi & Analisis Masalah
Berikut ini akan dibahas beberapa fase peserta didik menurut perspektif Islam, diantarabya :

1. Neo Status > Kelahiran sampai minggu keempat
Pada masa ini bisa dikatakan sebagai fase permulaan dari kehidupan manusia. Pada fase ini mula-mula seorang anak dilahirkan dari rahim Ibu. Kemudian perlahan-lahan anak ini tumbuh dan berkembang sampai mencapai usia minggu ke empat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Periode motorik
- Tidur sepanjang hari dan sepanjang malam
- Penglihatan masih kabur
-Pandangan berkembang sebelum lahir dan kesenangan terhadap bunyi detak jantung Ibunya.
Pada fase ini para orang tua mempunyai banyak kewajiban yang harus segera mereka lakukan terhadap perkembangan anak mereka, diantaranya :
- Membacakan adzan dan iqomah
- Aqiqoh
- Memberi nama yang baik
- Memberikan asi sampai 2 Tahun

2. Fase Kanak-Kanak > Usia 1 bulan sampai usia 7 tahun
Fase ini merupakan saat-saat yang sangat penting bagi tumbuh kembang seorang anak. Pada fase inilah seorang anak dapat kita cetak mejadi seorang anak yang baik maupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan pada fase ini kepekaan psikis seorang anak berada pada tingkat yang sangat menentukan.
Pada fase ini seorang anak akan mengalami beberapa proses, diantaranya :
- Periode Sensomotorik
- Meningkatkan kemampuan penginderaan
- Melatih kemampuan berpikir
Pada usia antara 1 s/d 7 tahun seorang anak akan mengalami perubahan dalam kemampuan berpikirnya. Pada fase ini para orang tua berkewajiban untuk mengenalkan beberapa pengetahuan tentang aqidah kepada anak-anak mereka. Hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai nilai aqidah kepada anak-anak mereka. Selain itu pada usia ini seorang anak mulai diajarkan tentang pembiasaan diri dengan prilaku-prilaku yang baik. Hal ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak kita agar mempunyai tata krama dan budi pekerti yang luhur.

3. Fase Tamyis > Usia 7 tahun sampai 12 / 13 tahun.
Pada fase ini seorang anak akan berkembang pertumbuhannya baik dari segi fisik maupun dari segi psikisnya. Pada usia ini seorang anak sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang baik. Hal ini merupakan peningkatan pertumbuhan anak dari segi mentalitasnya. Pada usia seperti ini para orang tua diituntut untuk bisa memotivasi anaknnya agar mau mengembangkan ajaran dan pengetahuan-pengetahuan agama yang selama ini dia ketahui.

4. Fase Baligh > Usia 12 tahun ke atas
Pada fase ini seorang anak telah memasuki masa pubertas. Artinya seorang anak akan mengalami perubahan dari segi fisik. Anak laki-laki akan mengalami yang namanya mimpi basah. Kejadian ini bisa terjadi pada usia kisaran 14-15 tahun tergantung gen anak lelaki tersebut. Sedangkan pada anak wanita akan mengalami menstruasi yang menandakan dia bisa dikatakan wanita yang normal dan subur. Tanda-tanda lainnya ialah perubahan fisik pada tubuh wanita yang biasanya terjadi dengan pembesaran payudara dan semakin matangnya organ vital anak gadis tersebut.
Adapun beberapa ciri-ciri fase baligh, diantaranya :
- Dewasa
- Memiliki kesasdara,n dan taklif
- Puber
- Perubahan bentuk fisik
Pada fase ini seorang anak mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dia lakukan agar bisa sejalan dengan norma-norma agama. Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain : Memiliki rasa tanggung jawab, Membentengi diri dari segala macam maksiat, mempelajari dan memahami kitab Allah dan mampu mengkoherensikan antara keimanan dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

5. Fase kearifan dan kebijakan > Usia 40 tahun sampai meninggal
Pada fase ini bisa dibilang seseorang telah mencapai fase kematangan dalam kemampuan fisik dan intelektual. Hal ini dikarenakan pada fase ini seseorang sudah matang secara utuh dan pada usia ini pula seseorang sudah bisa berpikir jauh kedepan mengenai pekerjaannya, nasib keluarganya, dan juga pendidikan bagi anak-anaknya.
Adapun ciri-ciri fase ini, diantaranya :
- kondisi fisik yang sangat mendukung untuk memenuhi tantangan dalam mencapai kekuasaan atau prestasi.
- Memiliki kesadaran, kecerdasan emosional, moral, spiritual dan agama secara mendalam..
- Kematangan secara fisik dan intelektual.

6. Fase Kematian
Kematian merupakan fitroh yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Semua manusia akan mengalami kematian. Maka sebagai manusia yang mempercayai adanya kematian hendaknya mulai dari sekarang harus bisa mempersiapkan bekal menuju alam berikutnya. Hal ini juga bisa kita ajarkan pada anak-anak kita agar mau mempercayai kejadian -kejadian yang sifatnya ghaib.

C. Penyajian Masalah
Masalah yang telah disebutkan diatas merupakan masalah yang sering banyak ditemukan dalam lingkup pendidikan di SD. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak yang masih duduk di bangku SD masih memiliki sifat kekanak-kanakan yang mereka bawa dari TK.
Prilaku adalah elemen penting yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak. Jika prilaku seorang anak sejalan dengan norma-norma yang ada, maka bisa dikatakan sebuah keberhasilan bagi para pendidik yang terlibat dalam proses pembentukan prilaku anak tersebut. Seorang guru harus mengajarkan tata karma dan sopan santun kepada siswa kelas 1 SD. Hal ini sangat penting karena pembentukan prilaku memang seharusnya dilakukan sejak dini oleh para orang tua dan guru.
Dari penyajian di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yang mungkin bisa kita renungkan bersama dan juga kita cari penyelesaiannya bersama. Rumusan masalah tersebut ialah Apakah teori perkembangan peserta didik menurut perspektif Islam bisa membentuk prilaku siswa di kelas 1 SD ?
D. Pemecahan Masalah
Nah, disinilah tugas para orang tua sebagai pendidik pertama dalam tumbuh kembang perserta didik di usia 9-15 tahun. Agama Islam mengajarkan kepada para orang tua agar menanamkan benih-benih aqidah kepada anak – anak mereka sejak dini. Islam menyuruh para orang tua untuk mengenalkan tentang keberadaan Tuhan yang harus mereka sembah kapada anak – anak mereka. Hal ini jelas untuk memberikan suntikan keyakinan terhadap jiwa anak tersebut.
Islam memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anak – anak mereka untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, tetapi perintah ini tidak bersifat wajib karena hanya mengandung aspek kebiasan saja agar mereka bisa mengenal ibadah shalat sejak dini.
Ketika anak tersebut sudah mencapai usia sepuluh tahun, maka perintah kepada para orangtua untuk mendidik anaknya sudah harus ditingkatkan. Islam menyuruh kepada para orang tua untuk memukul anaknya ketika perintah untuk shalat diabaikan oleh si anak. Memukul disina bukan berarti para orang tua tadi harus memukul dengan keras, namun memukul disini mengandung arti sebuah pukulan yang bersifat mendidik.
Selanjutnya pada saat anak menginjakkan kakinya di sekolah, maka tanggung jawab pendidikan terhadap anak telah beralih kepada para guru. Seorang guru diharapkan bisa meningkatkan kecerdasan baik yang bersifat intelektual maupun moral. Seorang guru dituntut mendidik para muridnya dengan penuh kesabaran.
Pada anak yang menempuh pendidikan di SD diajarkan tata karma terhadap para guru mereka, teman-teman dan tata karma terhadap pegawai sekolah lainnya. Karena pada dasarnya seorang anak bagaikan sebuah kertas putih yang perlu mendapat penanganan dan pengajaran khusus dari para pendidik. Hal ini berkaitan dengan teori konvergensi yang mengandung arti pengajaran terhadap anak didik memadukan sisi Nativisme dengan sifat pembawaan mereka dan juga sisi Empirisme guna mengarahkan prilaku anak tersebut ke jalur yang benar.

E. Refleksi Pemecahan Masalah Terhadap Realita dan Hasilnya
Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa mencetak anak didik yang memiliki prilaku yang baik, maka tugas untuk mencapai cita-cita ini berada di atas pundak para orang tua di rumah dan para pendidik di sekolah. Jika para orang tua telah melaksanakan tugas mendidiknya dengan baik, maka ini akan mempermudah tugas para guru di sekolah yang tinggal meneruskan peran orang tua di rumah untuk membentuk prilaku siswa kelas 1 SD ke arah yang benar.
Hasil yang akan didapat ialah terbentuknya prilaku anak yang mudah diatur dan diarahkan menjadi anak yang memiliki tanggung jawab serta prilaku yang benar. Hal ini jelas merupakan sebuah cita-cita mulia bagi seluruh elemen pendidikan yang harus segera dilaksasnakan mulai dari sekarang.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pendapat tokoh Islam dalam perkembangan peserta didik, diantaranya :
a) Menurut Al-Ghazali
- Anak lahir bagaikan kertas putih
- Anak dididik sejak lahir
- Anak dibiasakan disiplin pribadi sebagai asas pendidikan akhlak
- Jika anak mencapai usia baligh, diajarkan hukum2 syara’ dan keagamaan
b) Menurut Ibnu Kholdun
Anak berkembang setingkat demi setingkat dalam seluruh aspek jasmaniyah dan aqliyah secara menyeluruh
Manusia bukan produk nenek moyang, tapi produk sejarah, lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat
Pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan pertumbuhan dan prkembangan potensi psiklogis peserta didik
c) Menurut Ibnu Sina
- Pendidikan pada anak bisa dimulai sejak disapih
- Pada usia 3 th. Anak dibiasakan dengan pembiasaan yang baik
- Pengajaran Al-Qur’an dan keagamaan diberikan pada saat tingkat kematangan anak sudah mantap
- Pendidikan akhlak sangat penting diberikan sejak dini