PSIKOLOG BUTUH AGAMA

Para psikolog menganggap manusia itu sebagai binatang istimewa, sehingga dlm riset objek yg diamati ialah binatang, maka dari itulah kalau manusia diperlakukan sebagai seekor binatang, mana mungkin ia bisa ditolong, karena kebanyak-kan gangguan psikis berakar pada aspek2 hakiki manusia yg tidak terdapat pada binatang.

Sebagai contoh upacara penguburan ini menandai suatu keyakinan hakiki manusia, bahwa hidup tidak berakhir di liang kubur, binatang tidak mungkin menyediakan bunga maupun upacara khusus bagi sesama hewan yg meninggal.

Mungkin oleh sebab itu pulalah R.S. Rendra pernah mengajukan usulan agar fakultas psikologi ditutup saja, dan diganti dgn fakultas kebatinan, apalagi menurut pendapat beliau, nilai kebatinan Barat tidak lebih tinggi dari nilainya kebatinan Jawa asli yg jauh lebih cocok bagi masyarakat Indonesia.

Para ahli psikologis yg serius pasti tidak dapat mengabaikan nilai agama, sebab agama menduduki tempat yg sangat berarti dan beperan sekali dlm perilaku manusia.

Dr Ernest Becker penulis dari "Revolution in Psychiatry", ia yakin bahwa segala masalah persoalan gangguan jiwa harus diselesaikan dlm konteks kelompok, karena yg disebut penyakit jiwa itu tidak lain daripada ketidak-sanggupan menempatkan diri dlm masyarakat. Maka dari itulah rumah ibadah bisa disamakan sebagai kelompok2 terapeutis.

Bahkan para ahli psikolog seperti A.A. Brill, Henry Link, James maupun Jung berpendapat bahwa orang2 yg benar2 religius tidak akan pernah menderita sakit jiwa, karena mereka memiliki kepribadian yg kuat.

Tokoh psikologi kondang Carl Gustav Jung mengakuinya sendiri, berdasarkan pengalamannya selama 30 th lebih melakukan konseling dgn pribadi2 dari berbagai macam bangsa, ternyata semua pasien yg pernah di obatinya memiliki problem yg bersumberkan kebutuhan akan agama. Kebanyakan dari para pasiennya telah kehilangan sesuatu yg diberikan oleh agama, tetapi mereka akhirnya bisa menjadi sembuh setelah mereka bisa mendapakan kembali wawasan
keagamaannya.

Psikologi aliran teori manapun juga senantiasa berakar pada sebuah pandangan filasafat tentang manusia, sekalipun pendekatan itu bersifat empiris-induktif pasti pada suatu taraf akan sampai pula pada pertanyaan filosofis "Apakah dan siapakah manusia itu?"

Manusia percaya bahwa akal manusia adalah kunci untuk membuka segala rahasia, termasuk soal manusia, tetapi manusia hanya bisa meraba-raba atau bersepukalsi saja untuk merumuskan siapa manusia itu, karena hanya Tuhan sajalah sebagai Sang Pencipta yg mampu memberikan informasi dan jawaban yg tepat siapa manusia itu sesungguhnya.

Dr Alan Cott menulis dlm bukunya yg berjudul "Fasting as a Way of Life" dan "Fasting the Ulitmate Diet", menjelaskan berdasarkan penelitiannya pasien yang mengalami gangguan jiwa ternyata bisa disembuhkan dgn terapi puasa, bahkan ada percobaan Psikologi lainnya yg membuktikan bahwa berpuasa itu bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang bahkan meningkatkan prestasi belajar dari orang tsb.

Dan mang Ucup sebagai umat Kristen percaya: bahwa pada kelompok terapeutis psikologis mereka terbatas pada jumlah pengetahuan dan kemampuan para anggotannya (manusia), tetapi kelompok Kristen tidak terbatas, karena disana hadir Roh Kudus yg Mahatahu dan Mahakuasa, sehingga mampu mengatasi segala keterbatasan tsb.

0 comments:

Post a Comment